12 April 2012

Masa belia, awal untuk mulia

Oleh: Muhammad Agung Bramantya*

Konon, Muammar Khadafi ketika memimpin negaranya hasil kudeta, dia telah berniat sunguh-sungguh tentang hal ini sejak usia remaja. NegaraJepang maju pesat setelah para pemudanya memecut diri dengan kemandirian dan kreatifitas yang luar biasa, sejak Restorasi Meiji dengan sosok Kaisar yang juga masih muda belia. Malaysia yang dulunya berguru dari Indonesia , kini terlihat lebih maju setelah para pemuda yang dulunya berguru ke luar negeri, pulang. Lalu bagaimanakah dengan agama Islam yang kita anut?


Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar, Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata: “Rabb kami adalah Rabb seluruh langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru adanya Illah selain Dia.” (QS. Al Kahfi: 13-14)
Sesungguhnya Allah benar-benar kagum terhadap anak muda yang tidak memiliki kecenderungan terhadap hal-hal yang negatif yang mampu ia lakukan. (HR Ahmad dalam Musnadnya 4/158).

Lihatlah pemuda-pemuda (juga pemudi) Islam terbaik sepanjang zaman ini:

AZ ZUBEIR BIN AWWAM, teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, juga pemimpin dakwah Islam dizamannya. Umurnya waktu itu adalah 15 tahun.

THALHAH BIN UBAIDILLAH, pembesar utama barisan Islam di Mekkah, singa podium yang handal, tentara berkuda yang mahir, donator utama fii sabilillah, yang mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhatul khoir (pohon kebaikan). Usianya waktu itu adalah 16 tahun.

SA’AD BIN ABI WAQASH, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, pelindung Nabi ketika perang terutama saat perang Uhud yang mencekam. Umurnya baru menginjak 16 tahun.

ALI BIN ABI THALIB, as sabiqunal awwalun pionir kaum muslimin di saat kritis baru berusia 10 tahun.

ZAID BIN TSABIT, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis (arab, ibrani, suryani, dll) yang Rasulullah bersabda (perintah): “Wahai Zaid, tulislah”. Mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun. Namanyapun tercetak indah dalam Al Qur’an secara harfiah.

MU’ADZ BIN AMR (14 th) dan MU’ADZ BIN ‘AFRA’ (13 th) telah berhasil melukai orang elit sekelas Abu Jahl di perang badar.

USAMAH BIN ZAID, namanya terkenal harum sejak usia 12 th ketika Rasulullah menunjuknya sebagai penasehat pribadi bersama Ali bin Abi Thalib dalam permasalahan fitnah “Aisyah selingkuh”, 15 th menjadi penghubung antara sahabat dengan Rasulullah, puncaknya 18 th memimpin armada perang menggempur Negara adikuasa Romawi di Syam. Apakah mereka tokoh-tokoh dongeng nan fiktif?. Bukan.., mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi

gemilang di masa mudanya. Merekalah agen perubahan Islam yang mampu mendobrak kawasan barat dan timur sehingga Islam menyebar ke seantero jagad.

Kalau kita melihat masa kita ini, “rasanya kok janggal”. Bayangkan usia 12-18 th, jika saat ini seusia SMP-SMA ya…rasakan dengan penuh perasaan seragam biru dan abu-abu itu telah mengemban dan menyelesaikan kerja-kerja besar.

Kita ulas sedikit sosok Usamah bin Zaid yang berumur 18 th saat memimpin pasukan segelar sepapan menghadapi negara elit Romawi. Bukankah kemampuan panglima perang itu sangat kompleks, tak hanya strategi dan ilmu kemiliteran, tapi juga meliputi leadership kepemimpinan, psikologi massa, politik situasi, logistik, kemampuan komunikasi dan negoisasi, wibawa, dan seabrek kemampuan elit lainnya. Dan itu dikuasai Usamah muda belia 18 th, kiranya pendidikan macam apa yang tertempa dalam diri beliau. Latihan, training, olah pikir, rasa dan kemampuan seperti apa yang telah beliau lampaui. Jawabnya akan anda temui setelah semakin intens belajar Islam (ayo belajar lagi!). Intinya lihatlah sosok Usamah kala itu dengan pelajar kelas 3 SMA saat ini. Bak mission impossible yang hanya terjadi di alam film dan mimpi jika ada pelajar kelas 3 SMA saat ini sekaliber Usamah. Lalu apa yang sebenarnya terjadi di masa kita sekarang ini. Minimal ada empat faktor yang membuat “kejanggalan” tersebut:

(1) Hilangnya tarbiyah Islamiyah yang shahih, sebagaimana Rasulullah dan para sahabat.

(2) Krisis keteladanan.

(3) Minder dan kurang percaya diri.

(4) Gerusan media informasi yang sangat massive dan cenderung negatif

Solusi agar pemuda kembali memiliki kemuliaan sebagai agen perubah menuju kebaikan umat adalah:

(1) Pelajarilah agamamu

(2)Tegakkan tauhid berantas syirik, amal yang shalih bukan bid’ah, dan tinggalkan maksiyat.

(3)Tautkan hati dengan masjid.

(4) Bersiaplah untuk berkompetisi.

(5) Selektiflah dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.

(6) Pekalah terhadap zamanmu, inderalah zaman dimana engkau berada saat ini.

(7) Milikilah fisik yang sehat dan gesit.

(8) Aturlah waktumu.

Perlu ditekankan disini masalah ilmu, sebab disana ada beberapa rona kebangkitan Islam dari para pemudanya, namun kurang ilmu, sehingga yang tampak adalah semangat belaka dan malah berdampak negatif. Sungguh indah penggalan kalimat: “hajatush shohwah al islamiyyah ila ‘ilmi syar’iyyah” (pentingnya kebangkitan Islam terhadap ilmu syar’i). Sehingga perubahan/kebangkitan itu berada pada jalur yang benar sesuai syariat Islam sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya dulu merubah wajah dunia.Juga masalah waktu, yang ianya tidak akan pernah kembali. Betapa banyak orang tua yang ingin kembali ke masa muda untuk memperbaiki kekurangannya. Maka berubah baiklah dari sekarang…! sebelum menyesal di kemudian hari. Mulailah sekarang juga…!

Barangsiapa yang Allah kehendaki petunjuk (hidayah), Allah lapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki untuktersesat, Allah jadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan dia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al An’am 125)

*)Referensi:
- Dr. Raghib As-Sirjani, Anak Muda, nyalakan semangatmu, Samudera,
cetakan pertama, 2005
- Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali, Agar Pemuda tetap Istiqomah, Pustaka Haura, cetakan pertama, 2003.
*) Pernah disampaikan dalam Pengajian Remaja bertema “Remaja sebagai Agen Perubah” di Masjid Al Ahdhor Perum Green House Yogyakarta tanggal 22 September 2007.

* Tentang Penulis: Lihat
http://tsabat.com/?p=1641